Total Tayangan Halaman

Sabtu, 14 Mei 2011


ACTION PLAN
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JONGGAT
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Dalam rangka mengembangkan madrasah yang maju dan kompetetif maka diperlukan adanya revisi program-program yang sudah dan sedang berjalan.  Program-program yang akan disusun harus disesuaikan dengan kondisi madrasah, siswa, lingkungan, keinginan masyarakat, dan lain-lain yang mengacu pada Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah.  Oleh karena itu pada tahun ajaran 2010/2011 menyusun action plan adalah alternatif yang baik dalam mengakomodir maksud di atas.
                                                                                                      
No
Program
Sasaran
Keterangan
1
Membaca Al-qur’an setiap hari Selasa – Kamis dari jam 6.45 – 7.30 dibimbing oleh guru
Semua siswa
Moving kelas (siswa diklasifikasi sesuai dengan kemampuan membaca alqur an)
2
Hari senin minggu I setiap bulan adalah upacara bendera, sedangkan minggu ke II,III, dan IV adalah pembinaan wali kelas kepada siswa binaannya.
Siswa, guru, dan karyawan
Di lapangan upacara
3
Hari Jum’at yasinan bersama dan muhadarah (Pidato 3 Bahasa)
Siswa dan dihadiri juga  oleh guru dan karyawan
Di teras sekolah, mengundang nara sumber (Sudah berjalan)
4
Kegiatan penghembangan diri dilaksanakan pada jum’at ba’da muhadarah
Semua siswa
Inside and outside class.
5
Memperbanyak jumlah majalah  dinding untuk menampilkan hasil karya siswa, guru, dan karyawan
Siswa, guru dan karyawan
Dipasang ditempat-tempat strategis dan di setiap kelas.
6
Teacher and staff English Course
Guru dan karyawan
2 kali seminggu pada sore hari
7
Teacher and staff Computer Course
Guru dan karyawan
2 kali seminggu pada sore hari
8
English day
Siswa, guru dan karyawan
Diprogramkan setelah guru dan karyawan dilatih bahasa inggris
9
Menanamkan nilai-nilai islami di lingkungan madrasah
Siswa, guru, dan karyawan
Dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari di madrasah
10
Membuat pesan-pesan moral yang mendidik
Siswa
Bersumber dari guru dan ditempel di semua sudut madrasah (sudah terlaksana)
11
Konsultasi perangkat pembelajaran setiap hari sabtu
Guru
Semua guru wajib menyerahkan perangkatnya diajukan kepada kepala
12
Merancang School Culture
Semua warga sekolah
Discuss dengan guru, staff, komite, dan stake holder
13
Merancang Program Unggulan sebagai ciri khas sekolah
Siswa
Discuss dengan guru, staff, komite, dan stake holder
14
Memasang jaringan Internet (Hotspot) untuk pembelajaran  IT
Siswa, guru dan karyawan
Sebagai media pembelajaran berbasis IT
                                                                                                                Jelantik, .............. Juli 2010
                                                                                                                Kepala


                                                                                                                Lalu Hasbullah, M.Ed.
                                                                                                                NIP. 19701231 199703 1 013

MEMAHAMI HADIS TENTANG MERATAPI MAYIT


MEMAHAMI HADIS TENTANG MERATAPI MAYIT


A.      Pendahuluan
Manusia sebagai mahluk yang mulia diciptakan oleh Allah untuk beribadah dan berbuat untuk kemakmuran dunia sudah sepantasnya diberikan penghormatan. Sebagai mahluk, baik sebagai individu maupun mahluk sosial memberikan ruang gerak untuk terus berkarya, sehingga sangat pantas manusia dijadikan sebagai mahluk yang diciptakan paling sempurna. Apa yang ada pada manusia baik secara fisik maupun psikis, senantiasa menarik untuk dikaji (QS. Al Fussilat/41:53). Salah satu diantara fenomena yang tersirat dalam surat di atas adalah menangis. Dengan demikian menangis (al bukaa’) merupakan sunnatullah dalam kejiwaan manusia.[1]
Rasulullah sebagai sosok agung sedemikian menarik perhatian umat manusia. Penegasan Allah Swt. bahwa beliau adalah uswah hasanah  bagi setiap orang beriman (QS.al-Ahzâb/33:21) dan beliau benar-benar memiliki akhlak yang agung (QS.al-Qalam/68:4) memberikan motivasi tersendiri bagi  para sahabat, tabiin, dan salihin untuk senantiasa mencermati seluruh perilaku dan gerak-gerik beliau, untuk selanjutnya ditiru dalam kehidupan mereka.
Salah satu perilaku yang menarik untuk dikaji dan dicermati adalah tangisan yang pernah terjadi pada diri teladan umat tersebut. Jika al-Qur’an pernah menggambarkan  bahwa di antara Ahli Kitab ada orang-orang yang beriman dan meneteskan air mata saat ayat-ayat suci al-Qur’an dilantunkan (QS.al-Mâ’idah/5:83)[2] dan para nabi serta keturunannya juga selalu menangis saat mendengar lantunan ayat-ayat Allah swt. (QS.Maryam/19:58)[3], lalu bagaimanakah dengan keseharian hidup Rasulullah Saw. yang dipandang sebagai manusia paling bertakwa sepanjang sejarah?
Sebagai teladan yang telah dibakukan dan dilegalkan keabsahannya melalui firman Ilahi yang tidak diragukan kebenarannya, maka dapat pula dipastikan kualitas ( mâhiyah ) kepribadian hidup beliau. Beliau adalah orang pertama yang mengimplementasikan segala titah al-Qur ’an. Beliau adalah sosok manusia yang perangainya, sebagaimana  pernyataan  ‘Aisyah r.a., adalah al-Qur’an.  Apabila beliau memerintah, maka beliaulah orang pertama yang  melakukannya. Apabila beliau melarang untuk mengerjakan sesuatu, maka beliau pula  orang pertama yang meninggalkannya. Demikian pula halnya dengan menangis.
Menangis merupakan fenomena sosial yang acap kali kita saksikan dalam realitas kehidupan. Ekspresi menangis kadang-kadang diwujudkan oleh gejala-gejala lahiriah, seperti cucuran air mata, isakan atau lengkingan suara yang keluar dari mulut, mata berkaca-kaca, keluarnya ingus dari hidung, ataupun gerakan-gerakan tangan, kaki atau kepala yang kadang-kadang tak bertujuan. Terkadang ekspresi menangis terpendam dalam bathin, yang tampak hanyalah kemurungan dan kelesuan dalam wajah.[4] Terlepas dari ekspresi tersebut bahwa menangis sangat dipengaruhi oleh kondisi yang mempengaruhi psikis, baik dalam kondisi senang atau bahagia ataupun dalam kondisi sedih, apalagi ditinggalkan oleh orang yang disayangi. Maka sangat wajar menangis sebagai salah satu bentuk ungkapan perasaan. Lalu bagaimana memahami hadis tentang mayat seseorang itu akan diazab karena tangisan keluarganya. Inilah yang menjadi fokus pembahasan makalah ini dalam memahami teks hadis tentang mayat seseorang akan diazab karena tangisan keluarganya.

B.       Kajian Linguistik
Hadis yang berkaitan dengan tangisan keluarga terhadap si mayit ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor hadis 1536. 
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ بِشْرٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ الْعَبْدِيُّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنَا نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ حَفْصَةَ بَكَتْ عَلَى عُمَرَ فَقَالَ مَهْلًا يَا بُنَيَّةُ أَلَمْ تَعْلَمِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
Artinya: diceritakan dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan dari Muhammad bin Abdilah bin Numair Sesungguhnya mayit akan disiksa (azab) dengan tangisan keluarganya.
Setelah melakukan penelusuran terhadap hadis di atas melalui CD Mawsu’ah al-Hadis al Syarif, hadis yang sama juga terdapat di beberapa tempat yaitu hadis riwayat Bukhari hadis nomor 1206, 1207, 1210 bab jana>iz, Imam Turmuzi hadis nomor 923, Nasa’i hadis nomor 1830,1835, 1832 bab jenazah, Ibnu Majah hadis nomor 1582, dan Ahmad nomor hadis 239, 255, 258, 274, 278, 298, 316, 335, 345, 363, dan 4633.[5] Untuk memberikan gambaran yang utuh terhadap teks hadis-hadis tersebut, berikut sebagian hadis yang penulis cantumkan.
1.      HR. Bukhari bab al-Jana<’iz nomor 1206
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ تُوُفِّيَتْ ابْنَةٌ لِعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِمَكَّةَ وَجِئْنَا لِنَشْهَدَهَا وَحَضَرَهَا ابْنُ عُمَرَ وَابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَإِنِّي لَجَالِسٌ بَيْنَهُمَا أَوْ قَالَ جَلَسْتُ إِلَى أَحَدِهِمَا ثُمَّ جَاءَ الْآخَرُ فَجَلَسَ إِلَى جَنْبِي فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا لِعَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ أَلَا تَنْهَى عَنْ الْبُكَاءِ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَدْ كَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ بَعْضَ ذَلِكَ ثُمَّ حَدَّثَ قَالَ صَدَرْتُ مَعَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مِنْ مَكَّةَ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ إِذَا هُوَ بِرَكْبٍ تَحْتَ ظِلِّ سَمُرَةٍ فَقَالَ اذْهَبْ فَانْظُرْ مَنْ هَؤُلَاءِ الرَّكْبُ قَالَ فَنَظَرْتُ فَإِذَا صُهَيْبٌ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ادْعُهُ لِي فَرَجَعْتُ إِلَى صُهَيْبٍ فَقُلْتُ ارْتَحِلْ فَالْحَقْ أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ فَلَمَّا أُصِيبَ عُمَرُ دَخَلَ صُهَيْبٌ يَبْكِي يَقُولُ وَا أَخَاهُ وَا صَاحِبَاهُ فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَا صُهَيْبُ أَتَبْكِي عَلَيَّ وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبَعْضِ بُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَلَمَّا مَاتَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَتْ رَحِمَ اللَّهُ عُمَرَ وَاللَّهِ مَا حَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَيُعَذِّبُ الْمُؤْمِنَ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ وَلَكِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَيَزِيدُ الْكَافِرَ عَذَابًا بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ وَقَالَتْ حَسْبُكُمْ الْقُرْآنُ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عِنْدَ ذَلِكَ وَاللَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى قَالَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ وَاللَّهِ مَا قَالَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا شَيْئًا




2.      HR. Bukhari al-Jana<’iz nomor 1207
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ إِنَّمَا مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى يَهُودِيَّةٍ يَبْكِي عَلَيْهَا أَهْلُهَا فَقَالَ إِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ عَلَيْهَا وَإِنَّهَا لَتُعَذَّبُ فِي قَبْرِهَا
Arti Matan hadis: diriwayatkan dari Aisyah r.a. dia berkata: Rasulullah saw pernah meliwati kuburan seorang perempuan Yahudi yang ditangisi oleh kaeluarganya, kemudian Rasulullah saw bersabda, “mereka menangis di atas kuburnya sedangkan dia disiksa di dalam kuburnya”.

3.      HR. Bukhari al-Jana<’iz nomor 1208
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ خَلِيلٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ وَهْوَ الشَّيْبَانِيُّ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا أُصِيبَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ جَعَلَ صُهَيْبٌ يَقُولُ وَا أَخَاهُ فَقَالَ عُمَرُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الْحَيِّ
4.      HR. Bukhari al-Jana<’iz nomor 1210
 حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ تَابَعَهُ عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ وَقَالَ آدَمُ عَنْ شُعْبَةَ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الْحَيِّ عَلَيْهِ

Arti matan Hadis: Diriwayatkan dari umar dari bapaknya ra. dari Nabi saw bersabda, “mayit akan disiksa di dalam kubrunya dengan ratapan kepadanya”,

5.      HR. al-Tirmdzi al-Jana<’iz ‘an Rasu<l Allah bab nomor 923
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَعِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عُمَرَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ كَرِهَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ الْبُكَاءَ عَلَى الْمَيِّتِ قَالُوا الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ وَذَهَبُوا إِلَى هَذَا الْحَدِيثِ و قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ أَرْجُو إِنْ كَانَ يَنْهَاهُمْ فِي حَيَاتِهِ أَنْ لَا يَكُونَ عَلَيْهِ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ
Arti matan hadis: dari Umar bin Khattab ra. Rasulullah saw telah bersabda, “mayit akan disiksa dengan tangisan keluarganya”.




6.      HR. al-Nasa<’i bab al-Jana<’iz nomor 1830
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِالنِّيَاحَةِ عَلَيْهِ

Arti matan hadis: diriwayatkan dari umar bahwa Rasulullah saw bersabda, “mayit akan disiksa di dalam kuburnya dengan ratapan kepadanya”.

Hadis al-Nasa<’i bab al-Jana<’iz  nomor 1835
أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ مَنْصُورٍ الْبَلْخِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْوَرْدِ سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي مُلَيْكَةَ يَقُولُ لَمَّا هَلَكَتْ أُمُّ أَبَانَ حَضَرْتُ مَعَ النَّاسِ فَجَلَسْتُ بَيْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ فَبَكَيْنَ النِّسَاءُ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ أَلَا تَنْهَى هَؤُلَاءِ عَنْ الْبُكَاءِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبَعْضِ بُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ قَدْ كَانَ عُمَرُ يَقُولُ بَعْضَ ذَلِكَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ رَأَى رَكْبًا تَحْتَ شَجَرَةٍ فَقَالَ انْظُرْ مَنْ الرَّكْبُ فَذَهَبْتُ فَإِذَا صُهَيْبٌ وَأَهْلُهُ فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ هَذَا صُهَيْبٌ وَأَهْلُهُ فَقَالَ عَلَيَّ بِصُهَيْبٍ فَلَمَّا دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ أُصِيبَ عُمَرُ فَجَلَسَ صُهَيْبٌ يَبْكِي عِنْدَهُ يَقُولُ وَا أُخَيَّاهُ وَا أُخَيَّاهُ فَقَالَ عُمَرُ يَا صُهَيْبُ لَا تَبْكِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبَعْضِ بُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ قَالَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعَائِشَةَ فَقَالَتْ أَمَا وَاللَّهِ مَا تُحَدِّثُونَ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ كَاذِبَيْنِ مُكَذَّبَيْنِ وَلَكِنَّ السَّمْعَ يُخْطِئُ وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ لَمَا يَشْفِيكُمْ أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَلَكِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَيَزِيدُ الْكَافِرَ عَذَابًا بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ

Hadis al-Nasa<’i bab al-Jana<’iz  nomor 1832
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ عَنْ عَبْدَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِعَائِشَةَ فَقَالَتْ وَهِلَ إِنَّمَا مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرٍ فَقَالَ إِنَّ صَاحِبَ الْقَبْرِ لَيُعَذَّبُ وَإِنَّ أَهْلَهُ يَبْكُونَ عَلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَتْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Arti matan hadis: diriwayatkan dari umar ra berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “sesungguhnya mayit niscaya akan disiksa dengan tangisan keluarganya”, hal itu diceritakan kepada Aisyah lalu berkata apakah pada saat itu Nabi berjalan pada kuburan, ibnu Umar berkata, “sesungguhnya yang mempunyai kuburan akan disiksa padahal keluarganya menagisinya kemudian aku membaca dan orang berdosa tidaklah menanggung dosa orang lain (QS al Fathir :18)





7.      HR. Ibnu Ma<jah bab Ma< Ja<’a fi al-Jana<’iz, nomor 1582
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَاذَانُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ ح و حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ وَوَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
Arti matan hadis: diriwayatkan dari Umar bin Khattab dari Nabi saw bersabda: “mayit akan disiksa dengan ratapan kepadanya.”

8.      HR. Ahmad bab Musnad al-Asyrah al-Mubasysysiri<n bi al-Jannah, nomor 239
حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِالنِّيَاحَةِ عَلَيْهِ
Artinya: diriwayatkan oleh umar bin khattab dari nabi saw bersabda’ “mayit itu akan disiksa di dalam kuburnya dengan ratapan kepanya”.


9.      HR. Ahmad bab Musnad al-Asyrah al-Muktsiri<n min al-shaha>bah, nomor 4633
حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَاطِبٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرٍ فَقَالَ إِنَّ هَذَا لَيُعَذَّبُ الْآنَ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ فَقَالَتْ عَائِشَةُ غَفَرَ اللَّهُ لِأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّهُ وَهِلَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى إِنَّمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هَذَا لَيُعَذَّبُ الْآنَ وَأَهْلُهُ يَبْكُونَ عَلَيْهِ

Dari teks hadis di atas tampak adanya perbedaan redaksi. Jika ditelusuri ada yang menggunakan kata بِبُكَاءِ  dan بِالنِّيَاحَةِ[6]. Namun kedua kata tersebut mempunyai arti yang berdekatan.
Dalam Kamus kontemporer Arab-Indonesia karya Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor serta Kamus al-Munawwir karya Ahmad Warson M, kata “al-buka>” diartikan sebagai ratapan atau tangisan.[7]      
Menurut al-Farra, kata ini dapat dibaca panjang dan dapat pula dibaca pendek. Jika dibaca panjang (بُكَاء ), maka yang dimaksud adalah suara yang mengiringi tangisan(  الصوت الذى يكون مع البكاء ).  Sedangkan jika dibaca pendek ( بكي  ), maka yang dimaksud adalah air mata dan keluarnya air mata (الدموع وخروجها ).[8]
Dari pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa menangis dalam pengertian “al-buka>” meniscayakan adanya tetesan atau cucuran air mata yang keluar dari kedua kelopak mata. Untuk memperjelas hal ini, Syaikh Abu Ali al-Fadl bin al-Hasan al-Tabarsi mendefinisikan al-buka” (menangis) sebagai berikut:
حاَلٌ تُقْبَضُ يَظْهَرُ عَنْ غَمٍّ فِى ْالوُجْهِ مَعَ جَرْيِ الدُّمُوْعِ عَلَى الْخَدِّ
“Menangis (al-buka”) adalah suatu kondisi kemurungan hati yang lahir atau tampak dari kedukaan di wajah yang disertai deraian air mata di atas pipi”.[9]

Sedangkan dalam Kamus Besar Indonesia disebutkan bahwa tangis atau menangis diartikan sebagai ungkapan perasaan sedih (kecewa, menyesal, dan lain-lain) dengan mencucurkan air mata dan mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit, dan sebagainya).[10]
Pengertian di atas meniscayakan adanya cucuran atau tetesan air mata dari yang menangis. Hal ini berbeda dengan pengertian sedih atau duka cita. Term sedih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai (1) susah hati; merasa sangat pilu di hati; (2) menimbulkan rasa susah (pilu dan sebagainya) dalam hati; duka.[11] Sedangkan duka cita  sendiri diartikan sebagai kesedihan (hati); kesusahan (hati).[12]
   Berangkat dari pengertian di atas maka perlu dipahami apakah tangisan hanya terbatas pada tangisan keluarga atau juga tangisan orang lain. Permasalahan ini muncul karena dalam hadis ditemukan redaksi yang berbunyi بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ  (tersebab tangisan keluarganya kepadanya), sedang redaksi lain berbunyi بِبُكَاءِ الْحَيِّ عَلَيْهِ (tersebab tangisan orang yang hidup).
Menurut Imam al-Kandahlawi dalam aujaz al-Masa>lik ila> Muwatta Malik dan al-Syaikh Badruddin al-‘Aini dalam Umdah al-Qari memahami bahwa berdasarkan zahir hadis dengan menggunakan metode al-jam’u wa al-taufiq, maka yag dimaksud adalah tangisan secara umum, baik dari kalangan keluarganya ataupun bukan keluarganya.[13]
Jumhur ulama, diantaranya al-Muzanni, Ibrahim al-Harbi, sebagaian ulama Syafi’iyah termasuk Imam Nawawi mentakwilkan bahwa siksa itu berlaku bagi orang yang berwasiat kepada keluarganya untuk diratapi setelah kematiannya. Sedangkan jika keluarganya menangisinya tanpa wasiat sebelumnya, hal ini tidaklah terlarang, karena hal ini merupakan rahmat Allah.[14]

C.      Kajian Tematis Komprehensif
Mengingat kematian secara proporsional adalah diantara sifat orang-orang mukmin. Bahkan Rasul menyebutkan bahwa mukmin yang cerdas adalah yang senantiasa mengingat kematian dan paling banyak mempersiapkan bekal untuk kehidupan sesudahnya.  Sedangkan orang yang sibuk mengurus urusan dunia, yang terpasung oleh tipu dayanya dan yang cinta pada kemegahannya, hatinya akan lalai dan lengah untuk mengingat kematian.
Sebagaimana telah dipaparkan di awal bahwa Rasulullah sebagai uswatun hasanah, seringkali beliau menangis saat kematian anggota keluarganya, karena menangis merupakan rahmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hambaNya yang penyayang.
Berikut salah satu contoh hadis tentang sikap Rasulullah Saw saat putra tercintanya dijemput kematian.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا قُرَيْشٌ هُوَ ابْنُ حَيَّانَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
Artinya: Dari Anas bin Mâlik r.a. dia berkata : Kami pernah masuk bersama Rasulullah ke rumah Abû Saif, seorang pandai besi dan dia adalah sebagai zi’ir (istrinya menyusui) bagi Ibrahim, lalu Rasulullah saw. Memegang Ibrahim, kemudian memeluk dan menciuminya. Setelah itu, kamipun masuk menemuinya sedang Ibrâhîm terbujur seorang diri. Maka kedua mata Rasulullah meneteskan air mata, lalu Abdurrahmân bin Auf bertanya kepada beliau:  ‘Engkau juga menangis, ya Rasulullah?  “beliau pun menjawab: “Wahai Ibn  ‘Auf, sesungguhnya tetesan air mata ini adalah rahmat.” Kemudian diikuti dengan lainnya, lalu beliaupun bersabda;  “Sesungguhnya mata ini telah berlinang, hati bersedih, dan kami tidak mengatakan kecuali apa yang diridhai oleh Tuhan kami. Dan sesungguhnya kami sangat bersedih atas kepergianmu, wahai Ibrâhîm.”[15]

Sebagaimana yang tersebut pada hadis di atas,  ketika Ibrâhîm telah mendekati kematian, Rasulullah saw. tidak dapat menahan tetesan air matanya. Kenyataan ini menakjubkan para sahabat yang hadir, karena dalam berbagai sabdanya beliau senantiasa memotivasi sahabatnya untuk bersabar ketika musibah datang dan pernyataan beliau bahwa mayat akan disiksa karena tangisan keluarganya. Dengan penuh  keheranan, Abdurrahmân bin ‘Auf (w. 32 H.) bertanya:  “Ya Rasulullah, anda menangis? Bukankah anda melarang (kami) menangis?” Atas keheranan sahabatnya itu, Rasul menegaskan: “Wahai Ibn  ‘Auf, sesungguhnya tangisan ini adalah rahmat. Sesungguhnya mata telah meneteskan airnya, hati bersedih, dan kami hanya mengatakan apa yang diridhai Tuhan kami. Sesungguhnya kami sangat bersedih atas kepergianmu wahai Ibrahim.”
Menurut Ibnu Batal dan lainnya sebagaimana yang dikutip Imam Ibn Hajar (w.852 H.), Hadis ini menjelaskan adanya tangisan dan kesedihan yang dibolehkan. Tetesan air mata yang keluar karena lembutnya kalbu tanpa murka terhadap keputusan Allah tidaklah dilarang. Hadis di atas juga mengandung anjuran untuk mencium anak, menyusui anak, mengunjungi orang yang lebih kecil, menghadiri orang yang akan meninggal, menyayangi keluarga, serta kebolehan menginformasikan kesedihan meskipun menyembunyikannya lebih utama.
Rasulullah adalah manusia yang telah mencapai ketakwaan tertinggi dan orang yang paling takut kepada Allah. Namun, kematian anaknya tak urung membuatnya menangis karena cinta kasihnya. Dengan ingat kematian, beliau juga mendapatkan kenikmatan tersendiri dalam hatinya.
Setelah Rasulullah meninggal dan terputusnya wahyu membuat Ummu Aiman, Abu Bakar dan Umar menangis. Hal ini sebagaimana yang termuat dalam hadis berikut:
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ الْكِلَابِيُّ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعُمَرَ انْطَلِقْ بِنَا إِلَى أُمِّ أَيْمَنَ نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُورُهَا فَلَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَيْهَا بَكَتْ فَقَالَا لَهَا مَا يُبْكِيكِ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ مَا أَبْكِي أَنْ لَا أَكُونَ أَعْلَمُ أَنَّ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَكِنْ أَبْكِي أَنَّ الْوَحْيَ قَدْ انْقَطَعَ مِنْ السَّمَاءِ فَهَيَّجَتْهُمَا عَلَى الْبُكَاءِ فَجَعَلَا يَبْكِيَانِ مَعَهَا
Artinya: Dari Anas dia berkata: sepeninggal Rasullullah saw. Abu Bakr r.a. pernah berkata kepada umar: “marilah kita berkunjung ke rumah Ummu Aiman sebagaimana Rasulullah saw. biasa mengunjunginya. Ketika kami sampai ke tempatnya, Ummu Aiman menangis,” maka keduanya berkata kepadanya: “Apa yang membuatmu menangis? Apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi Raul-Nya.” Lalu Ummu Aiman berkata: “Aku tidak menangis karena tidak mengetahuinya bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-Nya saw. akan tetapi, aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit.” Maka hal itu membuat Abu Bakar dan Umar tersentuh sehingga keduanya menagis bersamanya.[16]

Tangisan yang ditunjukkan oleh Ummu Aiman r.a., Abû Bakar r.a., dan  ‘Umar r.a., adalah tangisan yang teramat wajar karena mengenang teladan tercinta mereka, Rasulullah saw. dengan segala kemuliannya. Maka, jika mereka berperilaku seperti itu, kitapun diperkenankan menangis mengenang kemuliaan, keshalihan dan perjuangan mereka memuliakan Islam. Kita menangis karena kita tertinggal jauh dari mereka dalam melakukan amal salih sebagai bekal di akhirat. Kita menangis, karena banyak noda dan dosa yang menghiasi hari-hari kita. Bahkan, jika tangisan kita memberikan implikasi positif dalam kehidupan, boleh jadi ia akan bernilai ibadah di sisi Allah.
Tentang tangisan yang terjadi karena keterharuan juga pernah terjadi pada seorang sahabat, Ubay bin Ka’ab r.a. Beliau menangis saat namanya disebut oleh Allah. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Hadis berikut ini:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ قَالَ سَمِعْتُ شُعْبَةَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأُبَيٍّ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ لَمْ يَكُنْ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ قَالَ وَسَمَّانِي قَالَ نَعَمْ فَبَكَى
Artinya: Dari Anas, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepada Ubay bin Ka’ab:  “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk membacakan kepadamu ‘lam yakun al-ladzîna kafarû’ (Surat al-Bayyinah).” Ubay bertanya: “Apakah Allah menyebut namaku kepadamu?” Beliau menjawab:  “Ya (Dia telah menyebut namamu kepadaku).” Lantas Anas berkata:  “Maka Ubaypun menangis.” (H.R. al-Bukhârî, nomor hadis 3525).

Tangisan yang dilakukan Ubay bin Ka’ab  di hadapan Rasulullah saw. karena terharu dengan berita yang disampaikan oleh beliau. Sikap beliau  sendiri yang tidak mencegahnya, menunjukkan bahwa tangisan seperti ini dibolehkan. Tangisan ini terjadi karena terharu dan bahagia namanya disebut oleh Zat Yang Mahamulia kepada manusia termulia, yaitu Rasulullah saw.




D.      Kajian Konfirmatif

Memahami hadis yang menjelaskan tentang orang mati diazab karena tangisan keluarganya, terjadi perbedaan pendapat. Hal ini juga disebabkan karena terjadinya perbedaan redaksi. Hadis riwayat versi Umar bin Khattab menyatakan : “Sesungguhnya mayat itu akan disiksa karena ditangisi oleh keluarganya”. Sedangkan riwayat Aisyah menyatakan bahwa, “Sesungguhnya Allah akan menambah siksa mayat orang kafir, karena ia ditangisi keluarganya”.
Secara tekstual hadis tersebut dinilai mukhtalif dan musykil, sebab seolah si mayit terkena akibat dosa dari keluarga yang masih hidup. Hal ini dinilai bertentangan dengan ayat al-Qur’an Surat al-An’am (6: 164)
ö@è% uŽöxîr& «!$# ÓÈöö/r& $|/u uqèdur >u Èe@ä. &äóÓx« 4 Ÿwur Ü=Å¡õ3s? @à2 C§øÿtR žwÎ) $pköŽn=tæ 4 Ÿwur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 4 §NèO 4n<Î) /ä3În/u ö/ä3ãèÅ_ó£D /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ öNçFZä. ÏmŠÏù tbqàÿÎ=tGøƒrB
Artinya: Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."(QS.al-An’am (6:164)

Mencermati ayat di atas nampak jelas bahwa ayat ini merupakan informasi yang akan terjadi pada hari kiamat mengenai pembalasan, hukum, dan keadilan Allah. Sungguh setiap individu akan dibalas berdasarkan amal perbuatannya. Jika baik amalnya, maka baik pula balasannya. Jika buruk amalnya, maka buruk pula balasannya. Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain, inilah sebagai wujud keadilan-Nya. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS. Fathir ayat 18
Ÿwur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 2t÷zé& 4 bÎ)ur äíôs? î's#s)÷WãB 4n<Î) $ygÎ=÷H¿q Ÿw ö@yJøtä çm÷ZÏB ÖäóÓx« öqs9ur tb%x. #sŒ #n1öè% 3 $yJ¯RÎ) âÉZè? tûïÏ%©!$# šcöqt±øƒs Nåk®5u Í=øtóø9$$Î/ (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# 4 `tBur 4ª1ts? $yJ¯RÎ*sù 4ª1utItƒ ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 4 n<Î)ur «!$# 玍ÅÁyJø9$#